Menjadi Pemimpin yang Amanah

Kabar Kejadian Luar Biasa (KLB) di Asmat, Papua, telah menjadi berita yang viral akhir-akhir ini. Kurang lebih sekitar 61 anak meninggal akibat gizi buruk dan campak. Hal ini sangat disesalkan memang, di tengah  sibuknya pemerintah dalam hal pembangunan infrastruktur, terjadi kejadian mengenaskan yang selama ini tetutupi oleh pencitraan pemerintah.  Dalam situs berita online, Mantan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Natalius Pigai angkat bicara mengenai hal ini. Menurutnya, pemerintah sibuk pencitraan dan masyarakat tertipu dengan suguhan informasi tentang adanya pembangunan di Papua. Selama ini pemerintah mengklaim  bahwa Papua sudah seperti  Jakarta, baik pendidikan dan kesehatannya. Namun faktanya bisa kita lihat sendiri.

Akses kesehatan yang tidak memadai menjadi pemicu tingginya angka kematian selain memang kondisi lingkungan yang tidak bersih. Harusnya, hal inilah yang menjadi perhatian pemerintah. Jika akses kesehatan sulit terjangkau, lalu bagaimana masyarakat apa lagi anak-anak akan menjadi anak-anak yang sehat dan kuat. Lalu, yang menjadi pertanyaan, mengapa sangat sulit membangun akses kesehatan di daerah sedangkan pembangunan infrastruktur di kota-kota besar sangatlah mudah. Di tengah perkembangan teknologi seperti saat ini, seharusnya akses pembangunan di daerah tidaklah menjadi hal yang sulit lagi. Ataukah karena pembangunan di daerah bukanlah prioritas yang akan memberikan keuntungan. Dengan adanya KLB ini seharusnya kita sadar bahwa pembangunan infrastruktur mewah tidaklah penting dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur dasar di daerah. Baca lebih lanjut

TIDAK APA

 

Tidak apa, jika yang kau sebut dalam doamu, tidak menyebutmu dalam doa-doanya.

Tidak apa, ketika kau telah tersenyum ramah, lalu mereka diam tetap tak bergeming tanpa ekspresi.

Tidak apa, jika kau berbeda karena tuturmu berupa kebenaran lalu mereka menganggap dirimu aneh.

Tidak apa, jika usahamu hanya dipandang sebelah mata, meski segala daya dan uapaya telah kau curahkan. Baca lebih lanjut

(Cerpen ) Weird Part 3

Karya : Resky Hartanie

Langit sore hari itu nampak cantik dengan sapuan pendar warna jingga, menambah syahdu suasana petang bulan Ramadhan. Jam di layar hpku sudah menunjukkan pukul 16.49. Masih ada sebelas menit sebelum pukul 5, waktu janjianku untuk bertemu dengan Mawar. Aku sengaja datang lebih dulu di cafe yang sering menjadi tempat kami nongkrong berdua, atau bersama teman-temannya yang kadang dia ajak bergabung bersama kami, menikmati kopi dan kue sambil bercerita dan berdiskusi tentang banyak hal, termasuk tentang Islam. Baca lebih lanjut

(Cerpen ) Weird Part 2

Karya : Resky Hartanie

Namanya Mawar. Aku mengenalnya setahun yang lalu via facebook. Dia menyapaku lebih dulu lewat messenger. Basa-basi, say hi, lalu dia mulai bertanya seputar Islam. Barangkali dia sering membaca status-status ‘Islami’ yang sering kutulis, kusalin atau kubagikan di dinding putih biru itu. Komunikasi kami pun mulai intens. Mawar selalu menyapaku setidaknya 3 kali sehari, seperti minum obat. Bertanya tentang banyak hal, curhat, atau hanya sekadar mengucapkan salam. Aku sih menanggapinya biasa saja. Maksudku, kalau dia bertanya, ya kujawab semampuku, memberi solusi Islami atas curahan hatinya, menjawab salamnya. Termasuk saat dia sering bertanya apa aku sudah makan atau belum, dan hal remeh-temeh lainnya. Baca lebih lanjut

(REVIEW) Rembulan Tenggelam di Wajahmu

 

Beberapa waktu lalu, saya membaca lagi novel karya Tere Liye, kali ini berjudul “Rembulan Tenggelam di Wajahmu”. Dan seperti yang sudah-sudah, saya lagi-lagi terpukau dengan karya-karya Tere Liye.

Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup Ray. Dari ia berusia kanak-kanak, hingga berusia senja. Ray, di masa kritisnya di RS, tiba-tiba bertemu dengan orang dengan wajah menyenangkan yang mengajaknya kembali melihat masa-masa hidupnya sedari kanak-kanak dan memaknai peristiwa demi peristiwa yang terjadi. Ia diberi lima jawaban atas lima pertanyaan yang selama ini mengganggu hidupnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Ray sebenarnya adalah pertanyaan yang juga sering kita ajukan di dalam hidup kita (atau mungkin hanya saya).

Pertanyaan pertama, kenapa Ray harus ada di panti itu ? Tempat ia menghabiskan usia remajanya dengan seorang Bapak panti yang galak dan hanya memanfaatkan Ray dan kawan-kawannya.

Secara tidak langsung, pertanyaan Ray menjurus pada pertanyaan “mengapa aku dilahirkan dengan kondisi seperti ini, tidak bisakah aku memilih hidupku, mengapa aku” dan pertanyaan sejenis lainnya.

Dalam hidup, apapun itu, tidak ada yang sia-sia. Pasti ada hikmah, dibalik semua peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita.

“Bagi manusia, hidup ini juga sebab akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia, sebab-akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi” Baca lebih lanjut