“Gue, Gitu Lho!”

Hati-hati ujub, astaghfirullah

O. Solihin

gaulislam edisi 488/tahun ke-10 (30 Jumadil Awal 1438 H/ 27 Februari 2017)

Hati-hati lho, antara percaya diri yang berlebihan dengan sombong itu beda tipis. Di medsos kamu memang bisa melakukan apapun yang kamu suka. Tetapi, harap diingat bahwa apa yang kamu sebar berupa tulisan, kata, gambar, dan suara akan memberi dampak bagi kamu dan juga orang yang menerima pesan kamu. Jika kita merasa bahwa apa yang kita sebar itu bermanfaat, jangan pula pada akhirnya kita jadi ngerasa paling berjasa, lalu menepuk dada sambil bilang, “gue, gitu lho!” Wah! (berharap pula ada decak kagum dari orang yang baca status kita). Hmm…

Sobat gaulislam, citra diri seseorang bisa dibangun dengan berbagai cara, termasuk melalui medsos. Sarana ini bisa menjadi peluang membangun brand image seseorang di hadapan orang lain. Sama seperti di dunia nyata. Itu sebabnya, kudu hati-hati. Jangan sampe nggak ikhlas. Jangan sampe wara-wiri di medsos karena kita mengejar popularitas dan berharap…

Lihat pos aslinya 960 kata lagi

Kemana Doa-doa Bermuara?

berbenahlah, allah ingin kita selalu dekat 🙂

Write The Universe

d702f04d86a0c229653b64e746d9fcae

Hari pertama di bulan Maret. Apa kabar? Sudah empat bulan rupanya aku tak pulang ke sini. Bukan tak ada yang akan ditulis tetapi dunia nyata tampaknya lebih menarik untuk “ditulis”.

Empat bulan bukan waktu yang singkat karena ada doa-doa yang selalu dirapalkan dan menunggu untuk dikabulkan. Memang tak selalu doa-doa dijawab secepat itu. Bahkan Allah sepertinya tak selalu berfokus pada apa-apa yang ingin kita capai. Dia ingin melihat kesungguhan dan kesabaran kita untuk tetap berdoa tanpa henti dan ragu serta hanya bersandar pada-Nya. Dengan kata lain, Dia menginginkan kedekatan itu terus berlanjut hingga kita tak lagi berfokus pada capaian-capaian kita tetapi justru menikmati saat-saat bersama-Nya. Bukankah itu sangat syahdu?

Sangat gampang bagi Allah untuk mengabulkan semua permintaan. Terkadang manusia memang egois karena seringkali hanya ingat akan keinginannya tapi lupa pada pemberi nikmat itu setelah didatangkan. Sangat tidak berterima kasih dan bersyukur. Untuk itu, kita memang harus selalu berpikir akan hal-hal…

Lihat pos aslinya 200 kata lagi

Sultanan Nashiro, Kekuasan yang Menolong

FARID WADJDI

Kondisi umat Islam sekarang memang sangat memperhatikan. Persis seperti yang pernah diingatkan Rosulullah SAW kepada umatnya,“Akan datang kepada kalian masa yang penuh dengan tipudaya; ketika orang-orang akan mempercayai kebohongan dan mendustakan kebenaran. Mereka mempercayai para pengkhianat dan tidak mempercayai para pembawa kebenaran. Pada masa itu, ruwaibidhah akan berbicara.” Mereka bertanya, “Apakah itu ruwaibidhah?” Rasulullah berkata, “Ruwaibidhah adalah orang-orang bodoh (yang berbicara) tentang urusan umat.” (HR Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.).

Zaman penuh tipu daya ini, sangat jelas di depan mata. Berbagai makar dilakukan untuk menyerang umat. Umat yang bersatu atas dasar keimanan mereka dalam Aksi Bela Islam dituduh mengancam negara, menggerus kebhinekaan, berpotensi radikal yang berujung teroris dan tudingan-tudingan keji lainnya. Ulama dan tokoh-tokoh umat yang berada di garis depan dalam Aksi Bela Islam dikriminalisasi,  disasar satu-satu. Dicari-cari kesalahannya hingga sampai ke lubang semutpun.

Dalam kondisi seperti ini, para pengkhianat yang sesungguhnya menghancurkan negara, tampak bagaikan pahlawan pembela tanah air…

Lihat pos aslinya 567 kata lagi

Mati Ketika Meminta Hidup

Telah sampai di telinga kami, tentang meninggalnya  Patmi. Salah satu warga yang turut serta dalam Aksi penolakan Pabrik Semen di Rembang dengan memasung kakinya menggunakan semen. Dia adalah satu dai banyak warga yang menuntut keadilan. Dan mereka adalah beberapa dari banyak rakyat yang menuntut keadilan. Di Negerinya sendiri. Kepada pemimpinnya sendiri.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyalahi takdir. Patmi yang meninggal sesaat setelah melakukan aksi pasung semen adalah takdir dari-Nya yang tidak akan bisa diubah manusia. Tulisan ini juga dibuat bukan karena setuju atau tidak setuju dengan aksi Patmi dan kawannya.

Tapi, tulisan ini dibuat karena keresahan dan kesedihan yang mendalam menyaksikan saudara kami yang harus meninggal dalam kondisi menuntut keadilan. Pasti banyak, di luar sana selain Patmi yang meninggal karena ketidakadilan, dalam kondisi yang berbeda.

Patmi datang bukan untuk dirinya sendiri. Dia berjuang untuk keluarga dan kawan seperjuangannya. Dia berjuang untuk tanah yang ia cintai. Dia berjuang untuk nasib anak cucu nya di tahun-tahun mendatang. Dia berjuang untuk negerinya sendiri. Baca lebih lanjut